Rss

Sabtu, 06 Februari 2010

Plagiatisme Terus Bayangi Dunia Musik

Marion Sinclair menulis lagu Kookaburra 70 tahun lalu untuk Girl Guides competition. Lagu itu pertama kali dibawakan pada 1934 di Frankston, Victoria. Pemilik hak cipta bernama Larrikin Music itu mulai memproses hukum pada Juni 2009 lalu dan meraih kemenangan hari ini (Kamis 3/2). Mereka berterima kasih kepada sang Hakim, Peter Jacobsen.
Colin Hay dan Ron Strykert dari Men At Work menulis lagu Down Under pada 1981. Nomor itu meraih peringkat nomor satu di seluruh dunia. Lagu itu juga menjadi lagu pertama dari Australia yang duduk di peringkat nomor satu secara bersamaan di AS dan Inggris.
Pada Desember 2008, gitaris kenamaan Joe Satriani melayangkan gugatan ke pengadilan untuk menghukum Coldplay yang menjiplak lagunya. Kini keduanya dinyatakan telah berdamai.
Reuters memberitakan bahwa Pengadilan Los Angeles telah meniadakan kasus itu. Keduanya dinyatakan telah mencapai kesepakatan finansial untuk masalah yang mereka hadapi.
Bagaimana detil perjanjian itu belum juga tersingkap. Lewat juru bicaranya, Joe menolak berkomentar. Joe sebelumnya bersikeras bahwa lagu Viva La Vida milik Coldplay sangat mirip dengan karyanya yang bertajuk If I Could Fly. Sejak awal mendengarnya, Joe sangat yakin Coldplay melakukan tindakan plagiat.
Sementara Coldplay membantah hal itu. Bahkan, menurut band asal Inggris itu, If I Could Fly milik Joe sangat tidak orisinal. Sang pentolan, Chris Martin beranggapan tidak seharusnya lagu tersebut dapat perlindungan hukum.
Budaya plagiat pun rupanya tak pernah lepas dari dunia musik di Tanah Air. Telah banyak kasus plagiat yang menjadi catatan buram kondisi musik Tanah Air.
Penyanyi Januar Arif tahun lalu juga pernah dianggap menjiplak lagu luar negeri yang berjudul Bleending Love milik Leona Lewis.
Arif yang juga di kenal sebagai mantan personel Tofu ini merasa bahwa lagu yang berjudul Rapuh dan kini menjadi hits single di album itu sama sekali tidak sama dengan lagu Bleending Love milik Leona lewis.
Namun ia mengakui kalau ada kemiripan tempo serta ketukan yang membuat lagunya mirip dengan lagu Leona Lewis. "Mungkin mirip, ya, Tapi kalu di bilang plagiat itu, nggaklah", ungkap Januar Arif.
Jika mengacu pada Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2002 sebagai perbaikan dari Undang-Undang Hak Cipta Tahun 1982, maka sudah selayaknya para musisi kita lebih berhati-hati dalam menciptakan sebuah karya. Karena dalam acuannya, sebuah karya musik dianggap plagiat jika memiliki kesamaan atau kemiripan dengan lagu lainnya sebanyak delapan bar.
Tidak ada orang yang ingin disebut plagiator. Semoga ada peraturan yang lebih detail mengenai plagiat sehingga para musisi tidak menjadi bingung dan panik. Tetapi di balik fakta itu, apakah mungkin ini melambangkan menurunnya kreatifitas anak bangsa? Ataukah ini sebagai dampak karena makin banyaknya jumlah musisi di dunia ini.
Hal ini bisa dianalogikan sebagai berikut. Karena jumlah musisi yang semakin banyak, sementara nada-nada yang telah diketahui juga terbatas maka ruang gerak kreatifitas mereka semakin sempit. Jadi ketika mereka membuat sebuah karya musik, secara tidak sengaja mereka menggunakan untaian nada yang sama seperti karya orang lain, yang mereka tidak ketahui sebelumnya. Dan jadilah musisi yang baru menciptakan karyanya tersebut dikatakan plagiat dari musisi sebelumnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogger templates


View My Stats